Kamis, 07 Januari 2016

Model-model Pembelajaran



 Macam-macam Model Pembelajaran
Berikut ini adalah macam-macam model pembelajaran, antara lain :
1.   Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Menurut Arends (1997), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

·     Kelebihan model pembelajaran langsung, yaitu :
1.   Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2.   Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3.   Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4.   Dapat menjadi cara efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

·     Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung, yaitu :
1.   Model pengajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk menasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya pada siswa.
2.   Dalam model pengajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
3.   Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

2.   Model Pembelajaran Problem Solving
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Menurut Syaiful  Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa: Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedarbb metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut  Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.

·     Kelebihan model pembelajaran problem solving, yaitu :
1.   Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
2.   Berpikir dan bertindak kreatif
3.   Memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis
4.   Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
5.   Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat

·     Kelemahan model pembelajaran problem solving, yaitu :
1.   Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadia atau konsep tersebut.
2.   Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran lain.

3.   Model Pembelajaran Kooperatif  (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti yang dijelaskan oleh Abdulhak (2001:19-20) bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri”. Dalam pembelajaran ini, akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).
Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembetan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa utuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam Kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

Karli dan Yuliartiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.   Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
2.   Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
3.   Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
4.   Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.  

Selain kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (1999: 29) yaitu:
Siswa yang dibagi dalam kelompok kemudian diberikn tugas. Akibatnya siswa merasa ditinggal sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut sehingga menimbulkan kekacauan dan kegaduhan.

4.   Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM)
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat diartikan sebagai penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk mengahadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Penerapan model pembelajaran ini menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep Pembelajaran Berbasis Masalah dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berpikir siswa.
Siswa juga harus siap untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa menyiapakan diri untuk mengoptimalkankemampuan berpikir melalui inquiry kolaboratif dan kooperatif dalam setiap tahapan proses Pembelajaran Berbasis Masalah.

·     Kelebihan model pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu :
1.   Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
2.   Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
3.   Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4.   Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan.
5.   Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna

·     Kekurangan model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu :
1.                 Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2.                 Kurangnya watu pembelajaran.
3.   Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4.   Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional.

5.   Model Pembelajaran Mandiri
Dalam Model Pembelajaran Mandiri menurut Wedemeyer (1983), peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan guru/pendidik dikelas.  Peserta didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan membeca modul atau melihat dan mengakses program e-learning tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain. Selain itu peserta didik memiliki otonomi dalam belajar.
Namun menurut ahli lain, belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri (Panen, 1997). Belajar mandiri bukan merupakan usaha untuk mengasingkan peserta didik dari teman belajarnya dan dari guru/instrukturnya. Hal terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam prses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak bergantung pada guru/pendidik, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar.
Tugas guru/instruktur dalam model pembelajaran mandiri ini ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bentuknya terutama bantuan dalam menentuakan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan peserta didik sendiri.

·     Kelebihan Model Pembelajaran Mandiri, yaitu :
1.   Membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab
2.   Peserta didik mendapatkan kepuasan belajar melalui tugas-tugas yang diselesaikan.
3.   Peserta didik mendapatkan pengalaman dan keterampilan.
4.   Mencapai tujuan akhir dan pendidikan yaitu peserta didik dapat menjadi guru bagi dirinya sendiri.

·     Kelemahan Model Pembelajaran Mandiri, yaitu :
1.   Bila diterapkan kepada peserta didik yang belum dewasa, ia belum bisa belajar secara mandiri (masih memerlukan bimbingan).
2.   Apa yang didapat dalam pembelajaran mandiri masih belum tentu benar, maka perlu melakukan pertanyaan atau diskusi.

6.  Model Pembelajaran Tematik
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) model pembelajaran untuk anak tingkat Sekolah Dasar kelas rendah, yaitu kelas 1, 2, dan 3 adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema (tematik) dan diorganisasikan sepenuhnya oleh pihak sekolah.
Pembelajaran Tematik merupakan saalah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secra individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik.  Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dalam penerapannya, model/pendekatan pembelajaran tematik ini berolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tujuan dari adanya tema ini adalah bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.
Melalui pembelajaran tematik, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik dan aktif. Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan disekolah dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.

·     Kelebihan Model Tematik, yaitu :
1.   Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik
2.   Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3.   Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.   Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.

·     Kelemahan Model Tematik, yaitu :
1.   Apabila dilakukan oleh guru tunggan misalnya seorang guru kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pembelajaran.
2.   Jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

7.  Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)
Pembelajaran Berbasis Web yang populer dengan sebutan Web-Based Educations (WBE) atau disebut juga dengan e-learning (electronic learning), dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat diartikan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Model pembelajaran dirancang dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis web dalam program pembelajaran konvensional tatap muka. Proses pembelajaran konvensional tatap muka dilakukan dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL) melalui kerja kelompok. Model ini menuntut partisipasi peserta didik yang tinggi.

·     Kelebihan Model Pembelajaran WEB, yaitu :
1.     Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pengajar dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas intenet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2.   Pengajar dan siswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet.
3.   Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.   Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.

·     Kelemahan Model Pembelajaran WEB, yaitu :
1.   Kurangnya interaksi antara pengajar dan siswa atau bahkan antara siswa itu sendiri.
2.   Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek komersial.
3.   Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.

4.   Berubahya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional dengan menggunakan ICT (Information Communication Technology).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar