ASAL USUL PANDEGLANG
Di sebuah kerajaan, tinggalah seorang putri raja bernama
Putri Arum. Suatu hari, Putri Arum sedang bersedih. Seorang pangeran jahat
bernama Pangeran Cunihin datang melamarnya. Meskipun tampan, pangeran itu
sangat kejam dan licik. Putri Arum enggan menjadi istrinya.
Lamaran Pangeran Cunihin sangat sulit untuk ditolak. Jika Putri Arum menolak
lamarannya, Pangeran Cunihin akan menghancurkan kerajaan tempat tinggalnya.
Putri Arum lalu bersemadi meminta petunjuk agar terbebas dari belenggu Pangeran
Cunihin. Dalam semadinya, ia mendapat sebuah petunjuk. Putri Arum harus
menenangkan diri di Bukit Manggis. Di bukit itu, akan datang seorang pangeran
sakti yang mampu menyelamatkannya. Setelah sekian lama menunggu, pangeran
impian itu tidak kunjung datang. Putri Arum sangat gelisah sebab sebentar lagi
Pangeran Cunihin akan datang untuk menikahinya. Tidak terasa air mata membasahi
pipinya. Hancur sudah harapannya. Kini, ia harus menikah dengan seorang
pangeran yang sangat kejam.
Tiba-tiba, datanglah seorang kakek mendekatinya. Kakek itu
bertanya, “Maaf, siapakah engkau dan mengapa engkau menangis?”
Putri Arum menengadahkan wajahnya. Dilihatnya sosok lelaki
tua yang bersahaja itu. Ia lalu menjawab, “Aku Putri Arum. Aku saat ini sedang
sedih, Kek. Sebentar lagi aku akan menikah dengan seorang pangeran jahat yang
tidak aku cintai.”
“Oh, malang benar nasibmu, Tuan Putri. Kalau hamba boleh
tahu, siapakah pangeran jahat itu?” tanya kakek.
“Ia adalah Pangeran Cunihin, Kek,” ujar Putri Arum
sesenggukan.
“Lalu, mengapa Tuan Putri berada di bukit ini?” tanya kakek.
Putri Arum menghapus air matanya dan berkata, “Ketika aku
sedang bersemadi, aku diberi petunjuk agar menenangkan diri di Bukit Manggis.
Kelak akan datang seorang pangeran sakti yang dapat menolongku. Tapi, hingga
kini pangeran itu tidak kunjung datang. Sebentar lagi, Pangeran Cunihin pasti
akan datang ke istana untuk menikahiku.”
Kakek mendengar cerita Putri Arum seraya
mengangguk-anggukkan kepala. Ia merasa iba kepada putri cantik itu.
Putri Arun lalu bertanya, “Maaf Kek, aku terlalu hanyut
dengan kesedihanku. Aku sampai lupa menanyakan nama Kakek.”
“Nama hamba Pande Gelang. Hamba adalah seorang pembuat
gelang. Tuan Putri boleh memanggil hamba Ki Pande,” ujar kakek itu.
Ki Pande lalu melanjutkan,”Maaf Tuan Putri, bolehkan hamba
member saran atas masalahmu itu?”
“Silakan, Ki Pande,” ujar Putri Arum.
“Begini Tuan Putri, menurut hamba, sebaiknya Tuan Putri
terima saja lamaran itu,” ujar Ki Pande.
“Apa? Menerima lamaran Pangeran Cunihin yang kejam? Tidak
Ki Pande, aku tidak akan menikah dengannya. Aku lebih baik mati daripada
menjadi istri seorang pangeran yang bengis,” ujar Putri Arum.
“Tenang Tuan Putri, dengarkan saran hamba dulu. Tuan Putri
terima saja lamarannya, tapi berikan sebuah persyaratan. Buatlah sebuah yang
sangat sulit sehingga mustahil untuk dikabulkan,” ujar Ki Pande.
“Tapi, Pangeran Cunihin sangat sakti. Ia mampu melakukan
apa saja,” ujar Putri Arum.
“Baiklah, hamba akan member usul mengenai persyaratan yang
harus Tuan Putri ajukan. Mintalah kepadanya untuk dibuatkan lubang pada sebuah
batu keramat yang tingginya setara dengan tubuh manusia. Katakan saja kepadanya
kalau batu keramat itu akan kalian gunakan untuk berbulan madu. Batu itu harus
diselesaikan dalam waktu tiga hari dan diletakkan di pesisir pantai,” ujar Ki
Pande.
Ki Pande menambahkan, “Perlu Tuan Putri ketahui, kesaktian
seseorang akan hilang jika ia melubangi sebuah batu keramat. Setelah kesaktian
Pangeran Cunihin hilang, biar hamba yang akan membereskannya. Untuk menjalankan
rencana ini, Tuan Putri harus ikut ke tempat tinggal hamba. Apakah Tuan Putri
bersedia?”
“Baiklah Ki Pande, aku bersedia. Terima kasih banyak atas
saranmu,” ujar Putri Arum.
Putri Arum pun ikut ke tempat tinggal Ki Pande. Tempat
tinggal Ki Pande sangat jauh. Butuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke sana.
Putri Arum yang tidak biasa berjalan jauh, tampak sangat kelelahan. Tepat
ketika sampai di desa tempat tinggal Ki Pande, Putri Arum sudah tidak kuat
berjalan lagi dan akhirnya jatuh pingsan.
Para penduduk membantu Ki Pande menolong Putri Arum.
Seorang tetua di kampung itu mengatakan bahwa Putri Arum akan kembali sadar
jika diberi minum air gunung yang berasal dari batu cadas.
Beberapa penduduk langsung mencari sumber air itu. Sesaat,
setelah meminum air yang berasal dari batu cadas, Putri Arum langsung sadarkan
diri. Setelah kejadian itu, ia dikenal sebagai Putri Cadasari.
Sementara itu, Ki Pande sibuk membuat sebuah gelang yang
akan digunakan untuk menghancurkan Pangeran Cunihin. Gelang tersebut dibuat sebesar
batu keramat dan akan diletakkan tepat pada lubangnya. Jika Pangeran Cunihin
melewatinya, seluruh kesaktiannya akan hilang.
Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Pangeran Cunihin yang
sangat sakti mengetahui keberadaan Putri Cadasari di tempat tinggal Ki Pande.
Pangeran Cunihin langsung menagih janjinya untuk menikahi Putri Cadasari.
Putri Cadasari mengajukan persyaratannya kepada Pangeran
Cunihin. Dengan sombong, Pangeran Cunihin menyanggupi persyaratan itu. Belum
sampai tiga hari, batu keramat berlubang itu telah siap dan sudah diletakkan di
pesisir pantai.
Putri Cadasari sangat gelisah karena Pangeran Cunihin
dengan mudah menyelesaikan persyaratan yang ia ajukan. Ki Pande lalu menyuruh
Putri Cadasari agar meminta Pangeran Cunihin untuk melewati lubang di batu
keramat. Ki Pande telah meletakkan gelang saktinya pada lubang batu itu.
Pangeran Cunihin melakukan apa yang diminta oleh Putri
Cadasari. Setelah melewati lubang di batu keramat itu, seluruh kekuatan dan
kesaktian Pangeran Cunihin langsung hilang. Tiba-tiba, ia berubah menjadi
seorang lelaki tua.
Bersamaan dengan itu, Ki Pande juga berubah menjadi seorang
lelaki tampan. Putri Cadasari bingung melihat kejadian itu.
Ki Pande lalu menjelaskan, “Tuan Putri, sesungguhnya aku
adalah seorang pangeran yang dikutuk oleh Pangeran Cunihin. Dahulu, kami
bersahabat. Namun, Pangeran Cunihin menjadi jahat setelah mendapatkan kesaktian
dari seorang guru. Ia lalu mencuri kesaktianku dan mengubahku menjadi seorang
lelaki tua. Kesaktianku akan kembali jika Pangeran Cunihin melewati gelang
buatanku yang diletakkan pada batu keramat.”
Putri Cadasari sangat berterima kasih kepada Pangeran Pande
Gelang karena telah menyelamatkannya. Singkat cerita, mereka akhirnya menikah
dan hidup bahagia selamanya.
Tempat Pangeran Cunihin menemukan batu keramat itu kini
bernama Kramatwatu. Dan batu keramat yang telah berlubang itu dinamakan Karang
Bolong.
Bukit Manggis yang dijadikan tempat bagi Putri Cadasari
untuk menenangkan diri dinamakan Kampung Pasir Manggu. Nama itu berasal dari
bahasa Sunda mangguyang artinya manggis dan pasir yang
artinya bukit. Sedangkan tempat Putri Cadasari disadarkan dari pingsannya
dinamakan Cadasari. Cadasari terletak di daerah Pandeglang, tempat Pangeran
Pande Gelang membuat gelang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar